Polri Tekankan Pentingnya Peran Polwan sebagai Peacekeeper dalam Forum Knowledge Exchange ASEAN
Divhubinter Polri, Jakarta. Bagdamkeman Divhubinter Polri menghadiri acara “Regional Knowledge Exchange Event: Challenges and Opportunities to Enhance Women’s Participation in United Nations Peacekeeping Operations” yang diselenggarakan pada Senin (11/11) hingga Rabu (13/11) di Sanur, Bali. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam operasi perdamaian PBB, dengan mengundang perwakilan dari berbagai negara ASEAN dan organisasi internasional. Dari pihak Polri, hadir Kombes Pol Eka Syarif Nugraha Husein, S.I.K., M.Si., mewakili Divhubinter, Kompol Anggraini Putri, S.I.K, M.Si., dari Bagdamkeman Biromisinter Polri, dan Bripka Christeel Racheltania Philip, S.Hum., mewakili UN Former Peacekeepers.
Peserta kegiatan ini mencakup sejumlah pejabat dari Indonesia, seperti perwakilan dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, dan TNI, serta para duta besar dari berbagai negara, termasuk United Kingdom, Canada, dan organisasi seperti UN Women Indonesia dan ASEAN Governance and WPS Lead. Negara-negara ASEAN yang turut berpartisipasi meliputi Kamboja, Vietnam, dan Timor Leste, dengan perwakilan dari militer serta kepolisian masing-masing negara, termasuk Policia Nacional Timor Leste dan Cambodian Armed Forces.
Kegiatan acara meliputi sesi berbagi pengalaman dari Indonesia, Kamboja, dan pihak UN Women yang membahas tentang tantangan dan peluang bagi perempuan dalam peran peacekeeping. Selain itu, talkshow yang menampilkan pengalaman UN Former Peacekeepers turut menghadirkan perspektif dari perwakilan TNI, Polri, dan beberapa negara ASEAN. Diskusi kelompok diadakan untuk mengeksplorasi status terkini peran perempuan dalam peacekeeping, mengidentifikasi dukungan dari UN Women, serta menyusun langkah strategis dalam memperkuat agenda Women, Peace, and Security (WPS).
Polri memberikan pandangan positif terhadap acara Knowledge Exchange ini, khususnya dalam upaya meningkatkan peran perempuan dalam operasi perdamaian. Polri menegaskan bahwa menjadi peacekeeper merupakan pilihan individu yang tidak dapat dipaksakan, meskipun Polri terus mendorong setiap anggotanya untuk mempertimbangkan peran ini sebagai bentuk kontribusi global. Setiap anggota memiliki prioritas dalam hidup yang berbeda-beda, dan Polri menghargai pilihan pribadi masing-masing individu, baik laki-laki maupun perempuan.
Dalam hal gender, Polri tidak membedakan atau menganggap adanya hambatan spesifik yang disebabkan oleh jenis kelamin dalam penugasan peacekeeping. Polwan yang menjadi peacekeeper justru telah membuktikan diri mampu menjalankan tugas dengan baik dan bahkan menduduki jabatan strategis di misi-misi internasional. Hal ini karena Polri menyiapkan mereka dengan pelatihan yang terstruktur, mulai dari proses rekrutmen dan seleksi yang ketat hingga pelatihan khusus seperti Pre-AMS, PDT (Pre-Deployment Training), dan PDB (Pre-Deployment Briefing), baik untuk IPO (Individual Police Officers) maupun FPU (Formed Police Units). Dengan persiapan tersebut, Polwan Polri memiliki kapasitas yang setara dengan peacekeeper lainnya dalam menjalankan misi internasional yang kompleks dan menantang. Polri berharap partisipasi perempuan dalam peacekeeping akan terus berkembang, seiring dengan kolaborasi antarnegara dan dukungan dari organisasi internasional seperti UN Women.
Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat kolaborasi internasional serta membuka lebih banyak kesempatan bagi perempuan dalam peran perdamaian global.